Blogger news

Pandangan Islam Terhadap Perempuan

sumber gambar: harapan rakyat

Perempuan adalah istilah untuk jenis kelamin manusia yang berlawanan dengan laki-laki. Dalam bahasa Sansekerta kata perempuan diambil dari kata per + empu + an. Per, memiliki arti mahluk, dan empu, yang berarti mulia, tuan, mahir. Dengan demikian perempuan bisa dimaknai sebagai mahluk yang memiliki kemuliaan atau kemampuan.

Perempuan atau sering disebut juga Wanita kerap kali mendapatkan deskriminasi dikarenakan akan lemahnya fisik yang ada di Wanita.

Kedudukan wanita pada masa Arab jahiliah dan di dunia secara umum, adalah kehidupan dalam kehinaan dan kerendahan. Khususnya di bumi Arab, para wanita dibenci kelahiran dan kehadirannya di dunia. Sehingga kelahiran bagi mereka merupakan awal dari kematiannya. Para bayi wanita yang dilahirkan di masa itu segera di kubur hidup-hidup di bawah tanah. Kalaupun para wanita dibiarkan untuk terus hidup, mereka akan hidup dalam kehinaan dan tanpa kemuliaan.

"Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, 'Karena dosa apa dia dibunuh?'" (QS. At-Takwir [81]: 8-9)

Tidak hanya itu, wanita yang sempat hidup dewasa mereka dilecehkan dan tidak memperoleh bagian dalam harta warisan. Mereka dijadikan sebagai alat pemuas nafsu para lelaki belaka, yang ketika telah puas direguk, segera dibuang tak ada harga dan nilai. Di masa itu pula, para lelaki berhak menikahi banyak wanita tanpa batas, tidak mempedulikan akan keadilan dalam pernikahan.

Dikisahkan dalam QS. An-Nahl/16: 58-59:

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam, dan Dia sangat marah. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu".

Peran di kalangan wanita saat sebelum masa Islam datang sangat memprihatinkan. Sebagai gambaran, di Jazirah Arab saat sebelum Islam tiba, kondisi kalangan wanita amatlah buruk. Wanita cuma dihormati bila orang tuanya menjadi raja ataupun pimpinan kabilah atau ia jagoan dan ditakuti masyarakat Arab. Wanita serupa dengan benda, hingga muncullah sebutan budak bagi mereka. Seseorang wanita yang dijadikan budak yang leluasa untuk dijual pada siapa saja yang menginginkannya. Ataupun beliau jadi wanita penghibur dengan mendendangkan lagu-lagu diiringi gaya tari yang membuat pria tergoda. Sehingga sering wanita dijadikan sebagai selir oleh raja-raja hanya untuk memuaskan hasrat mereka. Dan juga tidak ada batasan jumlah istri-istri yang dapat dimiliki oleh pria lantaran mereka dipandang sebelah mata.

Pengakuan Umar bin Khattab ra., sebelum dirinya memeluk Islam yang menyatakan bahwa beliau mengubur hidup-hidup anak perempuannya demi menjaga rasa malu keluarga dari tradisi yang menganggap anak perempuan sebagai aib dalam keluarga. Hal tersebut sebagai bukti sejarah bahwa pada masa lalu kaum perempuan dimarginalkan dari kehidupan sosial.

Sikap laki-laki Arab di zaman jahiliyah kepada anak wanita yang lahir di keluarganya merupakan semacam aib/kehinaan bagi mereka, mereka merasa malu serta marah bila mereka sedang berbincang dengan sahabat-sahabatnya kemudian datang memberitakan bahwa istrinya melahirkan anak perempuan. Mereka jengkel, kesal serta marah hingga wajahnya menjadi merah lantaran amarah yang meledak-ledak meskipun di hadapan banyak orang. Dan akhirnya mereka berpikir singkat untuk mengubur bayi perempuannya hidup-hidup lantaran mereka menganggap anak perempuan hanya akan menjadi beban dan aib bagi keluarga.

Di zaman sekarang, dapat disaksikan dalam berbagai iklan atau penjualan (media), perempuan seringkali dieksploitasi bahkan tidak jarang diperjual belikan. Setelah Islam datang, maka manusia mulai menyadari betapa pentingnya peran dan fungsi seorang perempuan dalam mengubah dunia ini. Tanpa perempuan, dunia ini hampa bahkan hancur. Perempuan diibaratkan Allah dalam Alquran sebagai pakaian bagi suaminya, selain sebagai pakaian antara satu dengan yang lain lelaki dan perempuan diciptakan sebagai pelindung (penolong) bagi sebagian yang lain.

Salah satu hikmahnya adalah bahwa perempuan menjadi salah satu faktor utama mulianya seorang suami begitu juga sebaliknya. Yang menjadi persoalan adalah sebagian besar perempuan tidak menyadari tugas dan tanggungjawabnya (peran dan fungsinya) kaitannya membangun keluarga, bangsa, dan negara. Tentunya hal semacam ini menjadi sangat urgen untuk dibahas dan diteliti. Nabi telah mencontohkan bagaimana kepemimpinan seorang perempuan khususnya dalam rumah tangga sehingga tercapai keluarga yang damai dan masyarakat yang maju. Melalui banyak hadis telah dijelaskan mulai hal terkecil tentang peran dan fungsi perempuan dalam rumah tangga sampai hal terbesar.

Dari pandangan lain, banyak dari perempuan lebih memilih karir di luar rumah daripada karir di dalam rumah, sehingga tanggungjawab membina generasi menjadi tidak maksimal. Akhirnya keluarga kehilangan ratunya dan krisis perhatian dan kasih sayang terjadi dalam keluarga. Resiko bagi perempuan dalam menjalani karir di luar rumah tidak dapat dianggap remeh, seperti yang terjadi di India. Seorang Perempuan yang awalnya mencari pekerjaan pada tetangganya.

Namun yang informasi yang didapatkannya untuk bekerja di hotel. Ketika perempuan tersebut sampai di hotel yang terjadi adalah pelecehan seksual atau pemerkosaan yang didapatkan. Diduga perempuan tersebut diperkosa sebanyak sebelas pria. Banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi sehingga perlu bagi Perempuan mengetahui batas-batas sejauh mana kerja atau tanggungjawab yang dibebankan padanya.

Oleh karena itu, Islam dengan tegas membagi tugas dan tanggungjawab antara lelaki dan perempuan terutama dalam mengurus keluarga (rumah tangga). Terdapat hadis Nabi pula yang mengatakan bahwa "tidak tidak akan sukses suatu kaum jika mereka dipimpin oleh seorang wanita".

Di sisi lain banyak juga wanita karir yang berhasil dalam karir maupun rumahtangga. Hal ini didasarkan kesadaran penuh bahwa tugas utama seorang perempuan ketika telah berumahtangga adalah keluarga. Tentu harus seijin suami dan bagi single parent maka sangat dianjurkan demi kehidupan anak-anaknya. Anak-anak inilah nantinya yang akan menjadi penerus gerasi yang akan membuat dunia lebih berwarna tentunya warna cerah secerah masa depan yang diharapkan.

Setia irham faqih mustaqim


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo