Suasana pagi hari di desa Kembang Sore begitu tenang. Awan putih terurai di langit biru, menyapa para penduduk dengan kehangatan mentari. Di salah satu rumah kecil, seorang perempuan bernama Siti sedang sibuk mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat batik. Siti adalah seorang perajin batik berbakat yang terkenal di desanya.
Siti telah menggeluti seni batik sejak dia masih muda. Keterampilannya diturunkan secara turun-temurun dari ibu dan neneknya. Bagi Siti, batik bukan hanya sekadar kain yang indah, melainkan juga mewakili sejarah dan identitas budaya mereka. Setiap motif dan warna yang tercipta pada kain batik adalah cerminan dari kehidupan sehari-hari dan makna filosofis yang mendalam.
Hari itu, Siti memilih motif "Parang Rusak" untuk kain batik yang sedang dia kerjakan. Motif ini melambangkan ketangguhan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan kehidupan. Siti berharap motif ini akan memberikan semangat kepada orang-orang yang memakainya.
Sambil bekerja, Siti mengingat kembali masa kecilnya. Ketika itu, ibunya sering mengajaknya mengunjungi pameran batik di kota. Dia selalu terpesona melihat keindahan dan kerumitan dalam pembuatan kain batik. Saat itu juga Siti memutuskan untuk melanjutkan tradisi keluarganya dan mengabdikan hidupnya pada seni batik.
Seiring berjalannya waktu, Siti menjadi semakin terampil dalam membuat batik. Keahliannya menarik perhatian salah satu pengusaha dari kota. Pengusaha tersebut tertarik untuk membeli kain batik karya Siti dalam jumlah besar untuk dijual di butik batik miliknya. Tawaran itu seolah merupakan kesempatan emas bagi Siti untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya dan mengenalkan batik dari desa Kembang Sore ke seluruh negeri.
Siti setuju dengan tawaran tersebut dan bekerja tanpa henti untuk memenuhi pesanan itu. Dia memilih motif-motif unik dan cerita yang dalam untuk kain batiknya. Siti menyadari bahwa batik bukan hanya sebatas bisnis, melainkan juga merupakan jembatan untuk mempertahankan dan memperkenalkan budaya mereka kepada dunia.
Saat kain batik buatan Siti mulai dikenakan oleh orang-orang di kota, pesona dan keindahannya langsung terasa. Kain-kain itu tidak hanya memberikan kecantikan visual, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan kebanggaan akan budaya mereka. Orang-orang semakin mengenal desa Kembang Sore sebagai tempat lahirnya batik yang menggambarkan keindahan dan kearifan lokal.
Kisah Siti dan batiknya menjadi perbincangan hangat di berbagai acara dan media. Orang-orang mulai memahami bahwa batik
Setia irham faqih mustaqim
sumber gambar : pikiran rakyat
Tidak ada komentar
Posting Komentar