Blogger news

Inkonsistensi Dalam Realita Kehidupan

Sumber Foto : https://kbbi.lektur.id/inkonsistensi
Inkonsistensi itu enak sehingga banyak orang yang senang melakukannya dengan alasan rasional dan tanpa alasan yang rasional, sejatinya inkonsistensi melekat pada diri manusia, jadi tak bisa kita hindari, Meskipun bisa kiranya akan sia-sia.
 
Fenomena inkonsistensi ini akan sering kita temui pada realita kehidupan kita, baik pada laki-laki maupun pada perempuan, perempuan akan dapat menemukan inkonsistensi pada laki-laki dalam keseriusannya kepada perempuan, begitu pula sebaliknya, namun dari kedua contoh tersebut akan ada sebuah kesamaan dalam menemukan fenomena inkonsistensi, Yap betul kita akan lebih sering melihat fenomena inkonsistensi pada tubuh para pemimpin atau wakil rakyat yang hobynya menca-mencle menunjukkan sikap inkonsistensian mereka. Apa yang diucapkan pada masa kampanye tidak sesuai dengan tindakannya hari ini, bukankah inkonsistensi begitu menyenangkan?

Dengan realitas bahwa inkonsistensi itu menyenangkan, juga banyak orang yang bersikap inkonsistensi, lantas apakah inkonsistensi ini masih layak disebut tidak baik? Kiranya kita perlu mendekonstruksi pikiran kita dengan menelaah lebih dalam kedudukan inkonsistensi yang sebenarnya, sehingga akhirnya kita bisa mengetahui kedudukan inkonsistensi itu sendiri.

Ada 2 alasan mengapa kita perlu menerapkan inkonsistensi dalam kehidupan kita yang fana:
Pertama, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Dalam semesta raya ini tidak ada satupun yang tidak berubah, mulai dari yang terkecil hingga terbesar, yang cair dan yang padat, dan perubahan itu hakiki tentunya pasti akan terjadi.
 
Ada ungkapan dari filsuf heralictus, bahwa satu-satunya yang di dunia ini tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Lalu menurut Kahlil Gibran mengatakan pula bahwa manusia itu pasti berubah, seperti ayat-ayat yang dituliskan diatas air. Kiranya ini menjadi dasar yang kuat bahwa inkonsistensi adalah salah satu keniscayaan, karena wujud dari inkonsistensi itu sendiri adalah suatu perubahan dan kita yang merupakan bagian dari alam semesta sama sekali tidak bisa menolak perubahan itu sendiri.

Kedua, inkonsistensi adalah berkembangnya visi pemahaman. Perubahan itu pasti, namun kita perlu sadar bahwa terjadinya perubahan itu adalah bagian dari hukum kausalitas, ada proses yang terjadi yakni hubungan sebab-akibat pada realitas yang ada sehingga memungkinkan terjadinya sebuah perubahan. Semisal orang akan berubah berdasarkan kesadaran dan kematangan akan pemahamannya, orang tidak akan selamanya memegang teguh idealismenya tatkala realitas memaksanya untuk menggunakan paradigma-paradigma yang lebih relevan dengan keadaannya, manusia akan lebih selektif terhadap menjawab realitas hidupnya dengan bersandar pada analisis dan evaluasinya terhadap keadaan.

Ada ungkapan bahwa idealisme hanya sampai ke tenggorokan, kebawahnya adalah urusan realistis.
Inkonsitensi ini penting disampaikan, sebagai refleksi agar kedepannya kita lebih bijak dalam membaca tanda-tanda perkataan, janji dan ucapan yang disampaikan oleh orang-orang. Jangan percayai berlebihan dan jangan juga mencerca berlebihan. Inkonsisten itu baik dan akan indah karena Anda paham alasannya. Kalau dalam istilah anak zaman sekarang yang familiar adalah akan indah pada waktunya.
 
Termasuk dalam membaca tulisan ini,kita juga harus bijak dan membaca apa yang disampaikan, jangan langsung dicerna, kunyah dulu baru telan. Harapannya tulisan ini mendekonstruksi pikiran kita terhadap sikap inkonsistensi, lalu menelaah lebih dalam lagi terkait inkonsistensi itu sendiri dengan kontruksi yang kita sadari dengan matang.

Penulis Artikel : Shina Nureni Nazilah

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo