Blogger news

Cerpen Warga Kopid : Rantus Otogenik

 


Sebuah perkumpulan bisnis illegal di mana ‘Master’ sebagai penguasa adalah dalang dibalik preman-preman pasar yang kerap kali menagih uang parkir atau iuran keamanan. Sistem pemungutan dilakukan setiap harinya, melibatkan preman-preman penagih, ketua pasar sebagai pemimpin preman di pasar, bos sebagai pemimpin ketua pasar, dan Master adalah tombak terakhir dari bergulirnya uang hasil tagihan harian.

Suatu hari seorang preman baru--Safir namanya--tengah kelimpungan mencari harap-harap hijau guna membiayai persalinan sang isteri, bertugas di pasar kecil pinggiran kota dengan seorang ketua pasar yang berlaku seenak jidat. Hanya tahu menyeruput secangkir kopi ditemani tontonan sinetron setiap hari, tanpa peduli keluh kesah dari pengunjung pasar yang kehilangan helm, ditipu oleh penjual, bahkan kecopetan. Ketua pasar—Bang Cogah orang-orang menyebutnya-- macam centeng tinggal tumpang kaki, menagih uang sebagai gaji, dipinjam uang lokek sekali.

Bujukan juga rayuan memelas meminta belah kasihan Safir tak di dengar sama sekali oleh Bang Cogah, Padahal uangnya banyak, seringkali melipat tagihan dari preman-preman sebelum disetorkan pada si Bos. Bang Cogah malah menyarankan ikut ke tempat setoran, memohon pinjaman pada si Bos barangkali mendapat secercah harapan.

Sore menjelang malam, para ketua pasar berkumpul di markas seperti biasa mengumpulkan setoran lantas mendapat upah. Sesuai saran Bang Cogah, akhirnya Safir ikut. Menyaksikan para ketua dari berbagai pasar menghitung uang sambil menunggu persiapan khusus dari Si Bos. Anak buah Bos menyiapkan nampan panjang berisi amplop-amplop yang sudah diberi nama, dibagikan pada ketua pasar untuk diisi oleh uang setoran lantas dikumpulkan kembali.

Bos yang sedang mengawasi dihampiri Safir—masih memohon untuk diberikan pinjaman membiayai persalinan isteri. Tapi lagak bos yang congkah malah memaki, mengusir Safir yang tidak berguna sebagai preman baru. Safir sudah kehabisan akal, dalam diam perlahan ia memerhatikan sekumpulan amplop berisi uang setoran. Sekali anak buah Bos lalai, Safir mencuri dan berlari tunggang-langgang.

Sayangnya, Safir seorang diri kalah dengan anak buah bos berjumlah puluhan. Safir dibabi-buta sampai memar disekujur tubuh lantas diserahkan pada si Bos untuk dieksekusi karena mencuri. Tapi Bos tidak mempunyai wewenang akan hal itu, maka ia memanggil Master sebagai penguasa yang tak pernah menampakkan wajahnya untuk meng-eksekusi Safir. Tentu saja Safir ketakutan setengah mati lantas berteriak adu mulut, mempertanyakan hierarki mencuri dengan melipat uang. Di matanya sama-sama merugikan, tapi kenapa hanya Safir yang dihukum? Kenapa Bang Cogah yang sudah bertahun-tahun melipat uang, bila dihitungkan jumlahnya lebih dari yang Safir curi tidak mendapat hukuman sama sekali?

Bos tetap menyangkal, karena perbuatan Safir dianggap lebih fatal dan lebih merugikan daripada Bang Cogah.

Hingga akhirnya rombongan ‘Master’ muncul, tapi yang muncul hanya beberapa pengawal membawa sebilah pisau tajam semacam belati. Pengawal bertanya tentang siapa yang akan dhukum potong jari, maka Bos menunjuk Safir. Belati di arahkan pada Safir, namun yang terjadi membuat semua orang terkejut.

Safir membawa belati dari pengawal, menarik lengan bos lantas memotongnya tanpa ampun sebagai hukuman dari ‘Master’ karena Bos selalu mengurangi setiap setoran untuk kepentingan pribadi dan mengkhianati ‘Master’ sebagai penguasa. Safir—yang ternyata merupakan seorang ‘Master’ secara nyata mengetahui bahwa hampir semua anak buahnya, bermain kotor dengan mengorupsi uang setoran, ‘Master’ murka sejadi-jadinya.

Namun, saat situasi tenang kala Safir atau Master bergeming. Satu todongan pistol mengarah pada tengkorak belakang Safir, pengawalnya kali ini yang berkhianat. Atau lebih tepatnya polisi yang menyamar menjadi pengawal selama berbulan-bulan untuk memata-matai Safir atas tuduhan kekerasan, pemerasan, penggelapan uang, juga pemalsuan identitas. Safir tersenyum, menyadari bahwa sebagai penguasa, tindakan illegal terasa mudah dilakukan, walau akhirnya hukum yang maju untuk melawan.

Penulis : Qisthy Anjani KPI 6D

UIN Sunan Gunung Djati Bandung 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo