Blogger news

Bunga - Bunga Impian

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi


Senja nampak jingga merona, bersembunyi dibalik balutan awan yang putih dan bersih. Sorotan cahayanya memancar memenuhi hamparan angkasa, seolah membawa kabar gembira kepada penduduk buana yang fana perihal kedatangan dewi rembulan. Pertanda waktu merelaksasikan diri akan segera tiba.

Namun, sorotan cahaya itu tidak sampai kepada sanubari seorang ibu yang justru sedang dilanda kecemasan. Anak semata wayangnya yang bernama Bunga belum juga pulang dari sekolah. Padahal tidak biasanya Bunga pulang ke rumah lewat pukul empat sore. Lagi dan lagi, ia melirik jam dinding yang menggantung di sudut  rumah panggung yang sederhana. Sudah hampir Isya, dan anak semata wayang itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Sebagai seorang ibu, Bu Minah tau betul anaknya tidak mungkin keluyuran pada saat jam pulang sekolah. Sempat beberapa kali ia menelepon teman teman bunga dan wali kelas bunga, namun nihil, mereka pun tidak tahu kemana kembang sekolah itu berada. Suara handphone nokia kecilnya berbunyi. Kemudian Bu minah mengangkatnya.

"Assalamu'laikum bu, ini Bunga. Maafin, Bunga telat pulang gara-gara latihan dulu buat lomba LKBB." Suara tersebut sedikit menenangkan hati Bu Minah, namun ia sedikit kesal. Mengapa tidak sedari tadi anaknya itu memberi kabar.

"wa'alaikumsalam, kamu tuh yaa.......!!!." tuttttttt tiba-tiba telepon terputus, dan Bu Minah semakin jengkel. Walaupun ia dikenal ramah oleh tetangga sekitar, namun dia tetap punya wibawa dan sangat tegas, apalagi menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan keluarganya.

****

"Bu, aku berangkat dulu yaa, Raja udah nungguin tuh." Bunga sedikit berlari ke halaman rumahnya.

"Bunga...Bungaa... sampai lupa tak sedikitpun mencium tangan ibumu." Suara Bu Minah lirih hanya terdengar olehnya sendiri.

"awass jangan pulang telat lagii!!" Bu Minah berteriakk sampai kerongkongannya seperti hampir putus, agar pesannya terdengar.

Sejauh mata memandang, anaknya sudah pergi dengan Raja, anak tetangga yang sudah sejak dulu 'lengket' banget sama Bunga. Sambil duduk di kursi depan rumahnya, Bu Minah tampak termenung, memikirkan almarhum suaminya yang meninggal saat Bunga masih balita.

Sempat berfikir, andai suaminya masih hidup, ah indahnya dunia akan terasa sangat sempurna. Tapi ia kini mulai menerima kenyataan bahwa ia harus membesarkan anak semata wayangnya itu seorang diri. Maka tak heran, ia kadang terlalu berlebihan kepada Bunga, sehingga menghalangi minat dan bakatnya.

****

Setibanya di sekolah Bunga dan Raja bersalaman dengan guru piket. Meski berbeda kelas, mereka dipertemukan oleh kegiatan Ekstrakurikuler yang berbeda tapi pembinanya sama. Bunga mengikuti Pramuka dan Raja mengikuti PASKIBRA. Keduanya dipercaya untuk menjadi ketua dari masing-masing ekskul tersebut. Karena itu, Bunga dan Raja semakin sering bertemu terlebih ketika ada rapat pengurus organisasi.

"King." Sapa bunga kepada Raja, sahabat dekatnya itu.

"Gimana bung?" Jawab Raja

"Aku pengen ikut lomba LKBB Pramuka di Kwarcab." Sambil membuka pandangan kepada Raja.

"ya harus dong, kan itu peluang emas buat kamu." Bicara dengan penuh semanagat.

"Tapi, King." Suaranya menjadi lirih

"ko malah tapi lagi sih, ada apa?" Semangatnya ikut turun bersamaan .

Sebenarnya, bunga tak ingin Raja tau persoalan pribadi antara dirinya dan sang ibu. Namun dia yakin Raja bakal ngasih solusi yang tepat bagi dirinya.

"Ibuku pasti melarang." Bunga sedikit menurunkan intonasi berbicaranya.

"Ko kamu bisa berkesimpulan seperti itu?

"Aku tau betul king, ibuku tipe ibu yang over protektif. Dan kemaren aku bikin kesalahan, pulang telat. Ibuku cemas banget." Bunga dengan gayanya memberikan penjelasan kepada Raja.

"Bisa dibicarakan baik-baik Bung." Raja optimis dan meyakinkan Bunga

"Tapi aku gak yakin King." Rasa pesimis Bunga tak dapat ditahan.

"Nanti kita ngobrol bareng-bareng." Raja mencoba memberikan solusi.

***

Di pelataran rumah pangungnya, Bu Minah sedang menenun kain unuk dijual kembali. Sepeningal suamiya, ia hanya bergantung hidup pada hasil pencaharian utamanya sebagai tukang tenun. Untuung Bunga anak yang pandai, sehingga dia selalu mendapatkan beasiswa pendidikan. Terlebih kehidupan sehari-harinya ditopang oleh tabungan pensiunan suaminya.

"Assalamu'alaikum, Bu. Bunga pulang." Menghampiri ibunya yang sedang sibuk bekerja.

"wa'alaikumsalam, nak. Tumben pulang cepat." Dengan polosnya Bu Minah bertanya demikian.

"Ibu gimana sih? Pulang cepet salah, pulang telat salah. Pusing aku bu."

"Maafkn ibumu nak. Yaudah ganti baju sana,  terus istirahat."

"Bu, bunga pengen ikut LKBB Pramuka." Bunga merasa ini waktu yang tepat bicara sama ibunya.

"Bunga, Ibu setuju kalau kamu mau ikut organisasi bahkan ikut event perlombaan. Tapi, yang tidak ibu setuju adalah pulang sore bahkan sampai larut malam." Bu Minah memberi penjelasan dengan lembut dibalik wajahnya yang penuh wibawa.

"Tapi kan Bu, Bunga bisa ngatur waktu dan jaga diri." Bunga masih mencari celah untuk alasan yang lebih kuat.

"sudah, tidak ada tapi-tapian sekali ibu bilang tidak ya tidak!" Nada suara Bu Minah mulai menampakkan aura ketegasan.

"Ahh ibu, gak faham betul sama anak satu-satunya!! Benci aku." Berlalu begitu saja meninggalkan teras rumah itu, dengan cepat menghilang.

"Maafkan Ibu nak." Menunduk seakan punya kesalahan yng besar.

Tanpa fikir panjang Bunga bergesas merapikan barang-barang miliknya. Kekecewaannya memuncak dan ia memutuskan untuk pergi beberapa hari dari rumah, untuk menenangkan diri dan mengancam ibunya agar mau menyetujui keinginan besarnya.

****

"Bunga, ayo kita makan malam." Bu Minah mengetuk pintu perlahan.

"Bunga sayang... Masa jam segini sudah tidur?" Bu Minah masuk ke kamar dan alhasil ia sangat terkejut melihat anaknya tidak ada di kamar.

"Bungaaaa dimana kamu?" Ibunya langsung berlari ke halaman rumah.

Secepat kilat ia menelpon Raja teman dekat Bunga, barangkali bunga menginap di rumah Raja. Tapi jawaban Raja tidak sedikitpun memberikan ketenangan. Sudah hampir separuh kontak yang ada di handphone mungilnya itu ia hubungi, namun tak ada yang tau dimana keberadaan Bunga.

Ia merasakan penyesalan yang amat mendalam, dan Ia masuk ke dalam rumahnya, berharap mentari pagi esok hari akan membawa kabar gembira.

****

Sudah satu minggu Bunga minggat, tidak ada yang tahu keberadaannya. Bu Minah sudah terlihat lelah mencari sang anak. Dan kabar baik tak kunjung datang, ia sadar semua adalah kesalahannya.

"Bu Minah." Raja datang tanpa salam apapun, ia tergesa-tergesa seolah ada yang ingin disampaikan.

"kenapa kamu nak?" Suara Bu Minah yang tak lagi bergairah.

"Bunga bu, Bunga."

"Apa? Bunga? Ada apa dengan Bunga?" Suaranya naik karena sedikit kaget mendengar nama anaknya. "Bunga dimana? Dia sama siapa? Gimana keadaannya?" belum sempat Raja menjelaskan, Bu Minah memberikan pertanyaaan yang bertubi-tubi.

"Sabar dulu bu, saya mau cerita nih. Bunga ternyata ada di rumah Paman Ujang, dia beberapa hari yang lalu pergi kesana. Dan sepertinya dia sedang ingin menenangkan diri." Raja memberikan penjelasan dengan santai.

"Rumah Ujang? Ngapain Bunga disana. Brengsek si Ujang, maen bawa kabur anak orang aja!" Wajah yang kesal.

"Sabar bu, bukan salah mang Ujang, dia hanya kasian melihat Bunga luntang Lantung sendiri. Dan Mang Ujang diancam jika dia melaporkan keberadaan Bunga kepada Ibu, maka Bunga akan Bunuh diri. Jadi, Mang Ujang memang mencari watu yang tepat. Akhirnya ia menelpon saya." Raja menenangkan Bu Minah yang sedang naik pitam.

"yasudah kalau gitu, ayo kita ke rumah Ujang sekarang juga!" bergegas mengunci rumahnya dan pergi menuju rumah Mang Ujang.

"Assalamualaikum, Ujang...." Bu Minah tak sabar ingin segera bertemu anaknya.

"Ibu jangan terpancing emosi ya." Pinta Raja kepada Bu Minah.

"Iya Nak." Jawab Bu Minah.

Pintu rumah dibuka perlahan.

"Wa'alaikumsalam, iya Bu. Mau nyari Bunga ya?" seakan sudah tau tujuan Bu Minah.

"Iyaaa, dimana anakku? Cepat bawa dia kemari, aku mencarinya sudah ke delapan penjuru mata angin." Tidak terasa airmata Bu Minah menetes.

"Gini Bu, saya janji bakal bawa Bunga kembali ke pangkuan Ibu, tapi dengan syarat Ibu tidak boleh Overprotektif sama bunga. Berikanlah ia kebebasan untuk hidup mandiri, saya pikir Bunga sudah dewasa dan bisa menentukan arah kehidupannya. Biarkan Bunga memanfaatkan waktu dengan baik, selagi itu hal yang positif mengapa harus dilarang?" Mang Ujang sedikit memberi nasihat untuk Bu Minah agar dia bisa memberikan kepercayaan kepada Bunga.

Tanpa Bu Minah sadari, Bunga mendengarkan percakapan mereka dibalik jendela yang ada di sebalah kanan pitu jati itu.

"Baiklah, saya juga sudah berjanji kepada diri saya sendiri untuk bisa merubah sikap saya dan mulai menanamkan kepercayaan kepada Bunga." Sambil merunduk Bu Minah berharap Bunga segera hadir dihadapannya.

"Iya Mang, sekarang tinggal panggil Bunga kesini."

"Sabar dulu dong. Alhamdulillah kalau Bu Minah sudah sadar. Pada dasarnya anak memiliki potensi untuk maju dan menggapai impiannya. Sesuai namanya, Bunga juga mempunyai Taman Impian, taman impiannya sangat luas, ia berharap bisa mengharumkan orang-orang di sekitarnya, sebagaimana nama yang ia miliki, Bunga. Bunga di Taman impinnya selalu meyakini bahwa suatu saat ia bisa membanggakan ibu, walaupun ayahnya telah tiada." Gaya bicara Mang ujang sudah seperti Motivator Nasional memberikan semangat kepada Bu Minah agar Bunga bsa Sukses.

"Ibuuuuuu, aku denger janji ibu barusan dan aku ga mau ibu inkar janji." Semua kaget dengan kehadiran Bunga yang sama sekali tidak menampakkan dirinya bersalah.

"Bungaaaa." Air mata haru menyelimuti Bu Minah, Bu Minah langsung memeluk Bunga erat-erat, air mata pun tidak dapat dibendung lagi. Bu Minah menangis dalam pelukan sang anak.

Bunga mengedipkan mata ke arah Raja, seakan menjadi tanda Bunga ingin berbicara "Yes Kita Berhasil" dan Raja nampak tersenyum melihat semua rencananya berhasil.

***

Waktu berlalu dan hari-hari pun bergangti. Persahabatan Bunga dan raja semakin erat. Bunga pun bisa berlatih Pramuka dengan tenang didampingi dengan Raja yang ikut Paskibra. Keduanya sering pulang bareng juga, berhubung jadwal kedua ekskul itu bersamaan. Sampai akhirnya Bunga bisa ikut LKBB di Kabupaten dan regunya berhasil menyabet Juara Umum. Bahkan hasil prestasinya itu membuat dirinya dinobatkan sebagai Gladian Pemimpin Regu terbaik tingkat Jawa Barat.

 " Kamu cita-citanya Konservasionis ya?" Tanya Raja ketika jam Istirahat mereka bertemu di kantin.

" Entahlah, sebenarnya aku ingi jadi POLWAN"

" Kalau ingin jadi POLWAN kenapa tidak ikut PASKIBRA saja ?

" Suka- suka aku dong ." Wajahnya penuh percaya diri.

"Okelah.

***

Senin pagi saat upacara bendera, Pembina uacara mengumumkan bahwa salah satu siswa berhasil menjadi Gladian Pemimpin Regu terbaik tingkat Jawa Barat . Semua siswa bertepuk tangan meski belum tahu siapa pemenangnya. Sementara sang pemenang, hanya tersipu malu. Siswa lain merasa panasaran karena sebelumnya tidak ada pengumuman mengenai event tersebut. Ketika Pembina upacara menyebut nama Bunga,  sontak mereka langsung bersorak dan segera menyalami Bunga tak peduli mereka masih dalam posisi berbaris. Barisan menjadi kacau tapi pembina memberikan toleransi.

Setelah upacara Bunga menjadi viral dan menjadi bahan perbincangan seluruh siswa. Tidak ketinggalan guru-guru pun memujinya. Tetapi sayang hari itu Raja tak tampak batang idungnya. Harusnya ia, memberi ucapan selamat kepadanya . Usut punya usut ternyata Raja hari itu tidak masuk karena sakit.

***

Keesokan harinya, Raja ketemu  Bunga yang sedang duduk sambil membaca novelnya yang berjudu " Tahajud Cinta". Setengah berlari Rajapun mengampiri Bunga.

" Hei, Bung". Sapa Raja sambil merebut novelnya yang sedang Bunga baca.

"Hei, Raja…" Balas Bunga dengan muka kesal, karena novelnya direbut.

"Oh, selamat Bung. Katanya kamu menjadi Dianpinru terbaik se-Jawa Barat!"

" Ya, Alhamdulillah."

Benar saja, Bunga di Taman impian itu mekar seiring dengan perjalanan yang mereka arungi bersama. Prestasi ini ternyata membuktika kepada Bu Minah bahwa anak adalah aset terbaik yang harus dijaga dan diberikan hak-haknya. Bunga pun hidup bahagia bersama Ibu dan Sahabat-sahabatnya.


Penulis: Resta Komalasari

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo