Blogger news

Cerpen Warga Kopid : Move On

    

Cerpen Warga Kopid : Move On    

Waktu berlalu begitu cepat. Bahkan tak terasa pergerakannya. Detik berganti menit,menit pun berganti jam. Begitu seterusnya,mengalir tanpa henti hingga bulan pun menjelma menjadi tahun. Tak terasa sudah hampir tiga tahun aku berada di sekolah ini. Orang-orang orang kampungku pasti tidak asing lagi jika mendengar nama SMPN 1 Tempurung. Sudah berpuluh tahun lamanya,ia berdiri kokoh di atas tanah Pertiwi tercinta ini. Telah mencetak orang-orang berilmu dari generasi ke generasi. Termasuk aku salah satunya kelak.

Pagi itu,di bawah pantulan sang mentari yang mulai menampakkan cahayanya. Tersenyum kepada para penduduk bumi,dengan senyuman yang hangat sehangat cahayanya. Lapangan itu penuh dengan manusia berseragam putih dongker, berbaris rapi bak segerombolan semut , membentuk formasi yang indah jikalau dilihat dari atas permukaan bumi. Sudah hampir dua puluh menit,para manusia itu menjemur tubuh mereka di bawah sinar mentari pagi. Tak lama setelah itu,kepala sekolah SMPN 2 Tempurung , berdiri di atas mimbar untuk menyampaikan amanat upacara. Setelah selesai amanat disampaikan,para manusia putih dongker langsung bersorak dan mengeluh. Pasalnya Kepala sekolah mengatakan bahwa UN akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Suatu momok yang sangat ditakuti oleh semua siswa.

*****

Genvano Alvaliq Tirta .  Nama yang cukup familiar ditelinga semua orang. Siapa yang tak mengenalku? Kurasa semua orang mengenalku. Cewek yang selalu digemari kaum Adam.Tak terhitung entah berapa banyak kaum Adam yang mengungkapkan perasaannya kepada ku,tapi tak satupun yang bisa mengisi kekosongan hatiku.

Coba tanyakan siapa yang paling sering cabut disekolah ini!. Pasti mereka semua menjawab namaku. Siapakah murid disekolah ini yang sering dipanggil BK dan membuat onar? Pasti aku juga yang akan mereka sebut. Siapa yang paling sering tidur dikelas? Lagi-lagi pasti aku. Semua orang mengenalku sebagai cewek paling nakal. Cewek paling angkuh dan semua sifat buruk hampir semuanya melekat padaku.

Tinggal menunggu hitungan jam saja. Tepatnya hari ini tanggal 10 Mei UN telah berada dihadapan mata. Saat hentakan kaki ini memasuki halaman sekolah,kuedarkan pandangan menyapu seluruh kawasan sekolah.Sepi.

“Huff...sepi banget sih. Ini sekolah apa kuburan.”Gerutuku .Sepi dan hening .Tanpa siapa pun.Berjalan sendirian di lorong kelas membuatku merinding,baru kali ini aku datang ke sekolah pagi-pagi. Biasanya aku selalu terlambat setiap harinya. Kulihat kelas bertuliskan ruang tiga belas. Pintu kelas masih tertutup. Kreekk... terdengar pintu berderit. Kulihat seorang laki-laki dengan style nya yang culun ditambah kacamata yang melekat sedang fokus membaca buku di pojok kelas. Fokusnya tak terganggu sedikitpun dengan kedatangan ku.

“Hei siapa nama Lo? Kok baru kali ini gue ngeliat lo disini ya.? tanyaku ku curious. Cowok culun itu masih fokus dengan bukunya.

“Woi jawab dong kalau ada orang nanya.”Sambungku dengan kesal. Cowok culun itu masih berkutat dengan bukunya dan diam membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Woi lo tuli apa bisu sih! Dasar makhluk aneh atau jangan-jangan lo itu bukan manusia tapi lo itu setan”.

Saking kesalnya, ku gebrak mejanya dan langsung menutup bukunya.

“Bisa bicara baik-baik tidak sih?tidak usah membentak-bentak. Nama saya Hanif Mubarak. Anak sembilan lima. Saya murid baru awal kelas tiga disini dan saya selalu di dalam kelas. Jadi wajar kalau kamu tidak pernah lihat saya.” Ucapnya memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.

“Ih baku banget sih bahasa lo. Dari planet Mars lo ya soalnya baru kali ini gue lihat makhluk aneh kayak lo.”

Cowok Mars bin culun itu langsung pergi meninggalkanku dan membawa bukunya tanpa menanggapi ucapanku barusan.

*****

Bel sekolah pun berbunyi. Sekolah yang tadinya sepi sekarang menjadi ramai. Inilah saat yang paling menegangkan berhadapan dengan kertas jawaban dengan huruf  ABCDE  yang dilingkari salah satunya dan kertas soal ujian yang membuat otak untuk bekerja lebih keras dua kali lipat. Kertas ujian pun dibagikan oleh pengawas. Waktu 120 menit digunakan untuk mengerjakan soal sebanyak 50 buah.

Suasana lengang. Semua siswa sibuk dengan kertas dihadapannya. Tak ada suara sedikitpun. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 08.23 WIB . Tiba-tiba seorang wakil kesiswaan masuk kek kelas kami.

“Assalamualaikum Anak-anak. Maaf Bapak mengganggu waktu kalian. Siswi yang bernama Genvano Alvaliq Tirta apakah ada disini?.”

Deg. Jantungku berdetak tak karuan. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba namaku dipanggil? lirihku dalam hati. Aku pun mengangkat tangan. Pak Ahya,kami biasa memanggilnya, langsung menuju ke arah ku.

“Nak kamu boleh pulang sekarang. Mari Bapak antar.” Ucapan Pak Ahya barusan langsung membuatku kaget .

“Hah maksud Bapak apa?” tanyaku curiga.

“Kamu nanti akan tahu sendiri. Sekarang kamu boleh pulang. Tinggalkan saja lembar jawaban mu diatas meja.”

Perasaanku tambah tak karuan. Pikiranku melayang kemana-mana. Akal sehatku sudah tidak berfungsi lagi untuk berfikir.

Mobil Pak Ahya melaju dengan kencang. Guru-guru lain termasuk wali kelasku ikut serta bersama kami. Hanya keheningan yang berbicara mengungkapkan semuanya. Bangunan rumahku pun sudah terlihat. Mobil diparkirkan di halaman rumahku. Bangunan bercat biru dengan perpaduan putih itu terlihat ramai sekali. Tidak seperti biasanya. Banyak orang berlalu lalang membawa sebuah ember dengan kain penutup diatasnya. Tepat di halaman depan rumahku tertancap bendera berwarna kuning. Siapa yang meninggal, pikirku.

Kubuka pintu mobil segera. Kulangkahkan kakiku menuju rumah. Semua pandangan tertuju padaku.

“Pak...siapa yang meninggal? kenapa ada bendera itu ?” tanyaku seraya menunjuk bendera kuning itu. Pak Ahya hanya diam. Guru-guru lain menatap iba padaku. Wali kelasku merangkul pundakku. Saat di depan pintu, kulihat semua tetanggaku bahkan keluargaku berkumpul di rumahku. Aku bingung sebenarnya apa yang terjadi sekarang.

Tiba-tiba Bude-kakak ibu langsung memelukku. Matanya terlihat sendu.

“Bude apa yang terjadi sebenarnya? Siapa yang meninggal? Jawab Bude!!”

“Yang sabar ya,Nduk. Ini udah takdir Gusti Allah.”

Bude menuntunku masuk ke rumah. Di depan mataku, ku saksikan dua orang sedang terbaring dengan kain putih menutupi wajah keduanya.

“Bude itu siapa?” tanyaku mulai terisak. Bude hanya mengangguk mengisyaratkan untuk membuka kain tersebut.

Kudekati dua sosok yang terbaring itu. Kubuka kain kafan itu pelan-pelan. Dari mata dan alisnya aku sangat mengenali orang itu. Tapi itu tidak mungkin. Tidak. Kuatku dalam hati.

“Ibu....” Ya Allah aku tidak tahu apa yang aku saksikan di hadapanku hanyalah halusinasi saja atau tidak. Tangisku seketika memecah keheningan.

“Bude...ini beneran ibu?” tanyaku dengan tangis terisak-isak. Bude hanya mengangguk. Aku langsung memeluk Ibu. Pelukan yang begitu erat.

“Ibu...kenapa ibu secepat ini pergi. Kenapa ibu tinggalin Ita Bu. Ita masih butuh kasih sayang Ibu. Ibu maafkan Ita belum bisa jadi yang terbaik dan belum bisa bahagiain Ibu. Sering melawan Ibu.Sering buat Ibu menangis. Ita juga sering bohongi Ibu. Maafkan Ita Bu...maafkan Ita.” Tangisku begitu membuncah. Kupeluk Ibu sekuat-kuatnya. Aku tidak mau melepaskannya. Kucium Ibu dan kupelukIbu untuk terakhir kalinya.

Semua orang yang ada disini ikut menangis. Rumahku penuh dengan lautan air mata. Rasa penasaran mendorongku untuk membuka kain putih di sebelah ibu. Sama halnya ketika membuka kain putih yang menutupi wajah ibu tadi,pikiran negatif langsung menghampiriku.

“Ayah...hiks... hiks...Ayah.” Tangisku semakin meronta-ronta. Kupeluk Ayah sekuat-kuatnya. Aku telah kehilangan ibu sebagai Madrasatul ula bagiku dan ayah sebagai pahlawanku.

  “Ayah...hiks...kenapa disaat seperti ini ayah ninggalin Ita? Kenapa yah? Sekarang Ita sendirian yah. Ita udah gak punya siapa-siapa lagi. Hanya Ayah dan Ibu yang Ita punya,tapi kenapa Ayah dan Ibu ninggalin Ita secepat ini??”

Kucium Ayah untuk terakhir kalinya. Ciuman untuk Ayah dan Ibu yang tidak pernah kulupakan. Bude langsung membawaku menjauh dari Ayah dan Ibu.

“Udah,Nduk. Ikhlaskan saja ayah sama ibu biar mereka bahagia di sana. Udah jangan nangis lagi ya.” Ucap Bude menenangkanku.

“Ta...tapi Bude. Ita mau ikut ayah dan ibu saja. Ita gak mau hidup di dunia ini sendirian. Ita mau pergi bareng ayah dan ibu. Ita mau pergi Bude.”

“Ita gak boleh ngomong kayak gitu. Kita doain semoga nanti kita dikumpulkan Gusti Allah di Surga-Nya”Ucap Bude sambil mengusap air mataku.


*****

Setelah pemakaman ayah dan ibu,aku masih meratapi semuanya. Bude bilang, ayah dan ibu berangkat dari rumah nenek pagi-pagi sekali,setelah shalat subuh.Ayah dan ibu sudah tiga hari berada di rumah nenek. Selama tiga hari itu Bude lah yang setia menemaniku. Memang hari ini ayah dan ibu menjanjikan untuk pulang ke rumah. Saat hendak menyeberang persimpangan yang terletak  di seberang kanan,sebuah mobil dari arah utara melaju kencang menabrak mobil ayah. Mobil ayah terpelanting agak jauh dari posisi semula. Mobil yang menabrak ayah ternyata travel antar jemput penumpang .Kata Bude,dua orang meninggal di lokasi kejadian sedangkan lima orang lainnya luka berat. Seorang warga di desaku yang melihat kejadian itu,saat mengetahui bahwa yang didalam mobil itu adalah orang tua ku,langsung menelepon Bude. Ayah dan ibu langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun Allah berkehendak lain,nyawa Ayah dan Ibu tidak bisa diselamatkan. Bude datang menghentikan lamunanku. Ia duduk disebelahku.

“Nduk ini tadi Bude nemu surat di saku baju Ibu.Kayaknya untuk kamu. Coba kamu buka,Nduk!” perintah Bude. Kuambil surat itu, terdapat bercak darah menempel disurat itu.

Genvano Alvaliq Tirta,putri tunggal kesayangan Ayah dan Ibu. Putri kecil kami yang sudah beranjak remaja. Maafkan Ayah dan Ibu selama ini yang tidak bisa membahagiakan Ita. Ayah dan Ibu sangat menyayangi Ita,cahaya kehidupan kami.Anak Ibu tersayang,Ita sekarang sudah kelas sembilan, sebentar lagi akan menginjak bangku putih abu-abu. Ayah dan Ibu ingin Ita melanjutkan ke pondok pesantren di Jawa yang pernah Ibu ceritakan dulu. Ayah dan Ibu ingin putri kami menjadi wanita shalihah,menjadi bidadari surga. Ayah dan Ibu ingin Ita menjadi hafizhah dengan menggenggam 30 juz Al-Qur’an  di hatimu. Berikanlah mahkota terbaik yang ada di surga untuk Ayah dan Ibu. Semangat ya nak,jangan putus asa. Kejarlah mimpimu setinggi mungkin. Semangat menghadapi UN nya sayang. Kecup cinta dan sayang untuk putri kamu.

Air mataku meleleh membaca surat itu. Begitu menyentuh hatiku. Membuatku gemetar dan merasa bersalah selama ini belum menjadi anak yang berbakti.

Ita janji akan memenuhi permintaan Ayah dan Ibu. Ita akan berubah. Ita gak mau jadi anak nakal lagi. Semoga Allah akan mempertemukan kita di Surga-Nya kelak. Ya Allah kabulkan kan lah doaku. Izinkan aku untuk berada didekat Mu, berhijrah dijalan Mu.

Penulis : Risalina KPI 6D
UIN Sunan Gunung Djati Bandung 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo