Blogger news

Berserah Diri Lapangkan Hati

Dalam hidup memang tidak semua yang kita inginkan dapat menjadi kenyataan. Terkadang apa yang kita usahakan dan kita inginkan tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Banyak kejadian tidak terduga saat ini yang kita hadapi yang tidak kita inginkan seperti bencana alam dan lain sebagainya.

Kejadian yang tidak terduga seperti bencana merupakan sebuah ketetapan dari Allah. Allah berfirman, "Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Q.s. al-Hadid: 22-3).

Islam telah memberikan petunjuk dalam menghadapi segalan keresahan karena takut terhadap hasil yang tidak diinginkan oleh manusia. Allah berfirman, "Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri'." (Q.s. Yusuf: 67).

Berserah diri kepada Allah terhadap apapun segala ketentuan dari Allah merupakan sebuah keharusan bagi setiap umat muslim. Karena apapun segala ketentuan atau ketetapan dari Allah merupakan yang terbaik bagi umatnya. Allah berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. al-Baqarah: 216).

Takdir dan rencana Allah meliputi dua hal yakni qada dan qadar. Qada adalah kehendak Allah yang ditetapkan pada zaman azali dan menempati apa yang diadakan. Sedangkan qadar adalah sesuatu yang ditentukan oleh qada berupa sifat, keadaan, kedudukan, masa, dan sebab.

Singkatnya, qada adalah ketetapan atau takdir yang telah dituliskan sebelum manusia diciptakan, sementara qadar adalah realisasi dari ketetapan tersebut. Keduanya harus diimani oleh umat Islam sebagai bentuk kecintaan kepada Allah Swt. Untuk memaknai takdir dan rencana Allah, umat Muslim dianjurkan untuk berikhtiar dan bertawakal.

Seorang mukmin diwajibkan untuk berikhtiar dalam urusannya. Yakni berupaya dengan semaksimal mungkin mencari jalan terbaik dari urusannya. Seorang mukmin juga harus menyadari hasil dari upayanya adalah ketentuan Allah SWT. Dalam ajaran Islam ikhtiar harus dibarengi dengan tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT.

Seseorang yang tawakal bukan berarti dia menyerah pada keadaan dan kenyataan. Namun orang yang tawakal adalah mereka yang memiliki sikap batin yang tenang karena menyerahkan urusan kepada Allah setelah semua daya upaya dikerahkan semaksimal mungkin sebagai bentuk ikhtiar.

Manusia terbaik adalah yang terus bergerak, memanfaatkan setiap potensi yang dia miliki untuk merebut sebuah kemenangan. Potensi yang termanfaatkan tidak hanya dari fisik, tetapi juga dari jalur ruhiyah, misalnya shalat, zikir, dan doa. Ikhtiar tanpa doa adalah sebuah kesombongan. Sebagaimana doa tidak disertai ikhtiar adalah kesia-siaan. Keseimbangan antara usaha maksimal dan doa adalah sebuah keniscayaan. Maka yang tampak setelah ikhtiar maksimal adalah bentuk penyerahan dan pemasrahan pada Zat Yang Menentukan, Allah 'Azza wa Jalla, dengan cara membangun dan mengaransemen peribadatan dan amal saleh. Kumpulan dan harmoni ibadah dan amal shaleh adalah jabaran hak dari tawakal
.
Seorang Muslim yang tawakal adalah yang menyerahkan kepada Allah SWT atas segala yang sudah dilakukannya. Tawakal tidak sama dengan pasrah. Tawakal adalah sebuah tindakan aktif, sementara pasrah adalah tindakan pasif. Tawakal mensyaratkan adanya upaya kreatif dari pelakunya.

Di sinilah pentingnya sabar. Sabar adalah kemampuan menunda kesenangan dan menjalani yang ada dengan penuh ketekunan, istiqamah. Kalau sudah Haq tujuannya, sabar adalah strateginya. Dengan kekuatan tawakal yang merupakan keseimbangan usaha dan doa, apapun hasil dari apa yang kita upayakan, itulah yang terbaik. Jika seseorang punya tujuan hidup yang baik, punya cita-cita atau punya pekerjaan yang harus cepat diselesaikan, maka rajinkanlah bersedekah. Inilah bentuk dari memperkuat usaha dan doa.

Syarip Muhammad Ramadan
Mahasiswa UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo