Blogger news

Membangun Akhlak Dengan Memperdalam Pendidikan Agama

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
Salah satu tugas pendidikan Islam adalah mewujudkan salah satu tujuan pendidikan kerakyatan, yaitu mencerdaskan manusia yang berakhlak. Untuk memenuhi misi tersebut, pendidikan Islam menghadapi tantangan besar di era Digital 4.0.

Di masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, yang memiliki efek positif dan negatif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain, memudahkan komunikasi jarak ribuan kilometer dalam hitungan detik, kemampuan berkomunikasi melalui telepon seluler, informasi melalui televisi dengan cepat tersedia di rumah-rumah penduduk. Saat ini dunia berada di tengah perkembangan ekonomi yang pesat yang meliputi segala sesuatu termasuk pengetahuan, pendidikan, moral, etiket, tubuh, wajah, gairah, ekstasi, produksi, distribusi, pertukaran, perdagangan dan konsumsi.

Perekonomian kini digerakkan oleh sejenis libido (nemein-distribusi-libido-pleasure-energy), yaitu penyaluran daya tarik, rayuan, godaan, nafsu, kegairahan atau nafsu dalam lingkup pertukaran ekonomi. Bisnis sekarang berada di arena seksual, baik dalam politik maupun komunikasi. Di sisi lain ada seks, politik, komunikasi, pendidikan di dunia bisnis.

Produksi barang-barang seperti samfo (hubungan ekonomi) tidak lagi hanya harus disertai dengan produksi citra dalam iklan (hubungan komunikasi), tetapi juga produksi rayuan, rangsangan, erotisme (hubungan seksual). Menikmati film biru Madonna adalah menikmati kebebasan seksual yang ditawarkannya. Menggunakan alat untuk memperbesar dan memperindah payudara atau panggul menyiratkan fetishisme tubuh sebagai dasar ideologinya (Amir, 1998).

Di abad ini kita membayangkan sebuah dunia yang dikelilingi dan diatur oleh energi libido, yang pergaulannya adalah pergaulan yang menyenangkan, pertukaran ekonomi dan sosialnya adalah kesenangan, yang paradigma evolusinya adalah paradigma kecepatan. Ini adalah dunia ekonomi dan budaya kapitalisme global, penuh dengan berbagai energi dan kegembiraan. Di ruang terbuka, di ruangan, di tempat terpencil sekalipun, di pasar, di kantor pemerintah, di mall, di tempat ramai, di tempat diskusi ilmiah, bahkan di tempat suci, energi libido selalu ditemukan. tempatnya. 

Nabi Muhammad diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi sejak awal dikenal oleh masyarakat sebagai al-amin, menunjukkan orang yang dapat dipercaya dalam masyarakat karena akhlaknya. (Haekal, 1982). Moralitas merupakan salah satu tujuan pendidikan kerakyatan. Ajaran akhlak pendidikan nasional sebagai mata pelajaran agama Islam di sekolah atau di kampus didiskusikan dan diwariskan kepada mahasiswa sains. Topik-topik tersebut berkisar dari PAUD, pendidikan tinggi Islam dasar dan menengah dengan materi pembahasannya. Begitu pula pembelajaran PAI di pendidikan madrasah dan pendidikan tinggi Islam membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan PAI di sekolah. 

Dalam pendidikan agama Islam seperti TPQ, Diniyah dan Pesantren, penulis juga mengklasifikasikannya sebagai lembaga pendidikan Islam; Ajaran moral juga lebih sering diberikan. Pendidikan Islam harus memperhatikan pendidikan akhlak ini, yang merupakan tugas Nabi diutus ke muka bumi, di samping tujuan pendidikan nasional dan akhlak sebagai sikap Islam yang baik. Saat ini akhlak masih menjadi isu nasional, terjadi kemerosotan moral dikalangan remaja, sikap remaja yang tidak bisa lagi mendengarkan nasehat orang tuanya, mereka lebih mendengarkan suara teman yang dapat membimbing hidupnya. yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, dapat jatuh ke tangan kelompok LGBT, geng, dan pecandu narkoba. Materi moralnya sudah sangat kaya. 

Sebagai pendidik pertama yang mencontohkan kedisiplinan, beliau menunjukkan sikapnya yang memberikan perhatian penuh kepada peserta didik ilmu pengetahuan, memiliki pemahaman yang luas tentang penyakit sosial saat ini, dan kaya akan gaya belajar serta menanamkan nilai-nilai moral; Guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan yang tidak sempurna, termasuk orang tua yang memiliki kelemahan sebagai manusia, mereka adalah pribadi utuh yang bisa bangkit walaupun keadaan orang tua bukanlah contoh yang ideal bagi siswa. Ia tidak cukup menguasai materi, tetapi menanamkan nilai-nilai moral melalui alat-alat teknologi yang digandrungi oleh para pelajar ilmu pengetahuan saat ini. 

Zia Najmi Hamdun

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo