Blogger news

Elizabeth, Bukan Ratu Melainkan Es Cendol Khas Kota Parahyangan!

Sumber Foto: Instagram @nitip.dong.teh
Kuliner Kota Parahyangan Bandung selalu menjadi penggugah selera masyarakatnya. Siapa yang tak kenal dengan cendol nya yang begitu melegenda setiap kali mendengar kata cendol di Bandung, pasti langsung terkoneksi pada "Cendol Elizabeth". Tentu saja ini bukan Ratu Elizabeth Inggris, tetapi es cendol yang diberi nama Elizabeth. Nama Elizabeth muncul karena pada tahun 1972 penjual es cendol H. Rohman mengelilingi kota Bandung dengan gerobaknya yang selalu berhenti di depan rumah Eli yang berada di Jalan Otista (Jalan Otto Iskandar Dinata). 

Eli pelanggan setia es cendol tersebut mempunyai adik yang bekerja di salah satu toko tas hingga sewaktu-waktu eli menitipkan tas jualannya kepada H. Rohman sampai akhirnya Eli mendirikan sebuah toko tas Elizabeth. Suatu ketika banyak pelanggan yang berkunjung untuk membeli es cendol, Eli membantu rohman mencatat pesanannya memakai bon toko tas nya. Eli menyarankan namanya untuk es cendol pak H. Rohman menjadi es cendol Elizabeth. Cendol Elizabeth kini mempunyai tempat sendiri sampai membuka cabang di daerah Majalaya Kabupaten Bandung dan Tasikmalaya serta es cendol Elizabeth mendistribusikan produk nya ke supermarket-supermarket disekitarnya. 

Sebelum sampai pada titik ini, pada tahun 1998 penjualan es cendol berpindah ke tempat produksinya yang berada di Jalan Inhoftank Nomor 64. Saat itu es cendol Elizabeth merupakan pelopor pedagang kaki lima di jalan Otista, kemudian diberlakukannya aturan Zona larangan pedagang kaki lima (PKL) oleh pemerintah. Meskipun es cendol Elizabeth tidak berada di trotoar jalan, tetapi banyak pedagang-pedagang lain yang berjualan maka untuk kebaikan bersama H.Rohman memutuskan untuk pindah ke tempat produksi yang sampai saat ini masih berdiri dan ramai pengunjung. (bandung.go.id)

Jenis minuman berwarna hijau ini dibuat dari tepung beras, tepung ketan atau honkue yang di campur dengan tepung tapioka dan tepung kacang hijau. Bukan dari tepung kacang hijau, warna hijau muncul dari sari daun pandan yang membuat aroma cendol lebih menggunggah selera ditambah dengan air gula merah, santan, dan disajikan dengan es batu agar dingin. Siapa sangka cendol yang terlihat sederhana ini dikenal di beberapa negara Asia Tenggara, tidak hanya di Indonesia, di Singapura dan Malaysia cendol menajdi minuman yang banyak penggemarnya. Seiring berkembangnya zaman saat ini beberapa cendol disajikan dengan variasi baru seperti ditambah dengan isian kelapa, nangka, alpukat dan lain sebagainya. 

Soal rasa tak perlu dihiraukan kenikmatan dan kesegaran dengan porsi yang cukup melimpah dengan harga murah ramah dikantong, segelas es cendol dibanderol seharga Rp7.000, sedangkan es cendol yang diberi tambahan nangka dijual seharga Rp10.000, tambahan alpukat yang dibanderol seharga Rp12.000, cendol per bungkus besar seharga Rp22.000 menjadi salah satu kunci kesuksesan es cendol Elizabeth. Terhitung 50 tahun lamanya es cendol Elizabeth berdiri, kini tidak hanya di Majalaya dan Tasikmalaya saja melainkan menyebar ke kota-kota lain hingga ke Jakarta dan Bogor. Dikutip dari detikjabar.com, setiap hari pukul 09.00 - 17.00 WIB es Cendol Elizabeth dapat ditemui di Jalan Inhoftank No. 64, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung pusat Restoran Es Cendol Elizabeth. 

Rio Muguni Firdaus 
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo