mediakopid.com, Bandung - Departemen Kemuslimahan LDK LDM UIN Bandung berkolaborasi dengan Departemen Kemuslimahan KMMK Universitas Padjadjaran menggelar bedah buku "Bertemu Dewasa" karya terbaru Farah Qoonita. Bertempat di Aula Abdjan Soelaeman, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jalan A. H. Nasution No. 105, Cipadung Wetan, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).
Farah Qoonita menjelaskan buku "Bertemu Dewasa" membahas apa yang akan dihadapi ketika bertemu dewasa. Diantaranya, ketika menikah, ketika mempunyai anak dan seterusnya, apa yang harus kita lakukan, apa standar kesuksesan kita sesuai dengan Al-Quran dan Hadits.
"Yang ditulis dalam buku bertemu dewasa itu yang lebih menantang lagi, yaitu kehidupan setelah kuliah. Kalau yang masih kuliah temen-temen masih ada kumpul-kumpul sama temen, masih ada tempat berbagi rasa, masih saling menguatkan," ujar Farah.
Ia megatakan, ketika lulus kuliah akan bertemu dengan laut lepas dan bertemu dengan gelombangnya masing-masing, yaitu ujian. Setiap orang punya hantaman ujiannya masing-masing, baik dalam hal pekerjaan, keluarga. Takut akan masa depan adalah ujiannya manusia, ada yang mungkin overthinking, insecure, merasa pencapaian orang lain adalah kegagalan diri sendiri, padahal hal tersebut tidak ada hubungannya.
"Kita merasa kalau melihat temen kita sukses kita jadi merasa gagal, padahal beda jalannya, beda latar belakang, beda Allah berikan garis takdir hidupnya.itulah hal-hal yang kita rasakan ketika bertemu dewasa, dengan hantaman ombaknya masing-masing," jelasnya.
Kemudian, Farah menjelaskan, dalam Al-Quran surat Al-balad ayat 6 bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah dan memang sudah menjadi sunnatullahnya manusia di setiap fase kehidupannya bersusah payah. Manusia memang lemah dengan berbagai tantangan kehidupannya, kalau bukan karena Allah yang menguatkan, manusia sendiri yang bisa survive. Kesusahan itu memang berat namun harus diyakini bahwa Allah akan menguatkan dan memberikan pahalanya. Harapan-harapan itu harus dijadikan penyemangat dalam melalui fase bertemu dewasa ini.
"Dan begitu juga dengan fase-fase kehidupan kita selanjutnya, nanti kita di umur 30, 40 sampai akhirnya wafat ada bersusah payahnya. Pertanyaannya setelah wafat di alam barjah masih bersusah payah gak kita? naudhubillah jangan sampai udah di dunia bersusah payah, pas masuk ke alam kubur lebih bersusah payah lagi," ungkap Farah.
Ada 3 poin penting ketika bertemu dewasa, imbuh Farah, pertama mampu sabar dan syukur, inilah fungsinya Allah memberikan ombak kepada manusia, yaitu agar manusia mampu bersabar dan bersyukur, ada yang diuji dengan penyakit, selalu terdzolimi orang lain, mampu tidak dia bersabar dan bersyukur atas apa yang Allah hadirkan dalam kehidupannya. Semakin tinggi dan kuat iman seseorang ujiannya akan semakin besar. gelombang yang dihadapi semakin tinggi. maka manusia yang paling berat ujiannya dalah nabi dan rasul.
"Karena boleh jadi, dengan kesabaran itu kita menghadapi ujian-ujian lebih baik dibandingkan kita tidak dihadapkan ujian. Dengan didatangkan ujian kita bersabar dan bersyukur, kita jadi berdoa, banyak berdzikir sama Allah, banyak baca Al-Quran, dan kita dapat pahala yang sangat banyak dari kesabaran kita atau dosa-dosa kita jadi terhapuskan," ujarnya.
Ia menjelaskan yang kedua, ikhtiar dan tawakal, menggantungkan seluruhnya kepada Allah. Percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang beriman, dan Allah akan turunkan pertolongan. Dan yang ketiga, ridha dan khusnudzan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, percaya bahwa semua yang Allah takdirkan itu baik, tidak ada sedikitpun prasangka buruk terhadap Allah.
"Kita harus azamkan dalam diri kita apapun yang terjadi pasti baik, gak mungkin Allah mendzolimi kita, yang paling sayang sama kita itu Allah, bahkan lebih sayang dari pada diri kita sendiri," jelasnya
Reporter: Witriani Siti Safarina
Farah Qoonita menjelaskan buku "Bertemu Dewasa" membahas apa yang akan dihadapi ketika bertemu dewasa. Diantaranya, ketika menikah, ketika mempunyai anak dan seterusnya, apa yang harus kita lakukan, apa standar kesuksesan kita sesuai dengan Al-Quran dan Hadits.
"Yang ditulis dalam buku bertemu dewasa itu yang lebih menantang lagi, yaitu kehidupan setelah kuliah. Kalau yang masih kuliah temen-temen masih ada kumpul-kumpul sama temen, masih ada tempat berbagi rasa, masih saling menguatkan," ujar Farah.
Ia megatakan, ketika lulus kuliah akan bertemu dengan laut lepas dan bertemu dengan gelombangnya masing-masing, yaitu ujian. Setiap orang punya hantaman ujiannya masing-masing, baik dalam hal pekerjaan, keluarga. Takut akan masa depan adalah ujiannya manusia, ada yang mungkin overthinking, insecure, merasa pencapaian orang lain adalah kegagalan diri sendiri, padahal hal tersebut tidak ada hubungannya.
"Kita merasa kalau melihat temen kita sukses kita jadi merasa gagal, padahal beda jalannya, beda latar belakang, beda Allah berikan garis takdir hidupnya.itulah hal-hal yang kita rasakan ketika bertemu dewasa, dengan hantaman ombaknya masing-masing," jelasnya.
Kemudian, Farah menjelaskan, dalam Al-Quran surat Al-balad ayat 6 bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah dan memang sudah menjadi sunnatullahnya manusia di setiap fase kehidupannya bersusah payah. Manusia memang lemah dengan berbagai tantangan kehidupannya, kalau bukan karena Allah yang menguatkan, manusia sendiri yang bisa survive. Kesusahan itu memang berat namun harus diyakini bahwa Allah akan menguatkan dan memberikan pahalanya. Harapan-harapan itu harus dijadikan penyemangat dalam melalui fase bertemu dewasa ini.
"Dan begitu juga dengan fase-fase kehidupan kita selanjutnya, nanti kita di umur 30, 40 sampai akhirnya wafat ada bersusah payahnya. Pertanyaannya setelah wafat di alam barjah masih bersusah payah gak kita? naudhubillah jangan sampai udah di dunia bersusah payah, pas masuk ke alam kubur lebih bersusah payah lagi," ungkap Farah.
Ada 3 poin penting ketika bertemu dewasa, imbuh Farah, pertama mampu sabar dan syukur, inilah fungsinya Allah memberikan ombak kepada manusia, yaitu agar manusia mampu bersabar dan bersyukur, ada yang diuji dengan penyakit, selalu terdzolimi orang lain, mampu tidak dia bersabar dan bersyukur atas apa yang Allah hadirkan dalam kehidupannya. Semakin tinggi dan kuat iman seseorang ujiannya akan semakin besar. gelombang yang dihadapi semakin tinggi. maka manusia yang paling berat ujiannya dalah nabi dan rasul.
"Karena boleh jadi, dengan kesabaran itu kita menghadapi ujian-ujian lebih baik dibandingkan kita tidak dihadapkan ujian. Dengan didatangkan ujian kita bersabar dan bersyukur, kita jadi berdoa, banyak berdzikir sama Allah, banyak baca Al-Quran, dan kita dapat pahala yang sangat banyak dari kesabaran kita atau dosa-dosa kita jadi terhapuskan," ujarnya.
Ia menjelaskan yang kedua, ikhtiar dan tawakal, menggantungkan seluruhnya kepada Allah. Percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang beriman, dan Allah akan turunkan pertolongan. Dan yang ketiga, ridha dan khusnudzan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, percaya bahwa semua yang Allah takdirkan itu baik, tidak ada sedikitpun prasangka buruk terhadap Allah.
"Kita harus azamkan dalam diri kita apapun yang terjadi pasti baik, gak mungkin Allah mendzolimi kita, yang paling sayang sama kita itu Allah, bahkan lebih sayang dari pada diri kita sendiri," jelasnya
Reporter: Witriani Siti Safarina
Tidak ada komentar
Posting Komentar