mediakopid.com, Bandung - Pembangunan Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, adalah sebuah proyek monumental yang menyimpan cerita panjang, penuh tantangan, dan kontroversi. Proyek ini pertama kali direncanakan pada era kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an. Pada masa itu, gagasan membangun bendungan di Sungai Cimanuk muncul untuk mengatasi masalah irigasi dan banjir di kawasan hilir. Namun, proyek ini terhenti karena kondisi politik dan ekonomi pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan Indonesia, ide tersebut kembali dihidupkan pada era 1960-an oleh pemerintah, tetapi realisasinya membutuhkan waktu yang sangat panjang.
Bendungan Jatigede mulai dibangun secara resmi pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2015, hampir satu abad setelah gagasan awalnya muncul. Dalam rentang waktu tersebut, pembangunan bendungan ini tidak lepas dari berbagai polemik, terutama terkait dengan relokasi ribuan warga yang terdampak. Sebanyak lebih dari 11.000 kepala keluarga harus meninggalkan rumah dan tanah leluhur mereka yang terendam oleh proyek ini. Konflik sosial, protes, hingga keterlambatan pembayaran ganti rugi menjadi bagian dari sejarah kelam pembangunan Jatigede.
Meskipun membawa dampak sosial yang signifikan, Bendungan Jatigede memiliki tujuan strategis dalam skala nasional. Bendungan ini dirancang untuk mengairi sekitar 90.000 hektar lahan pertanian di Jawa Barat, memasok air baku untuk kebutuhan masyarakat, dan menghasilkan listrik melalui pembangkit tenaga air (PLTA). Selain itu, bendungan ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir bagi kawasan hilir, seperti Indramayu dan Cirebon. Secara teoretis, Jatigede adalah solusi infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya.
Namun, di balik manfaat besar tersebut, Jatigede juga menyisakan persoalan lingkungan yang tak kalah penting. Penenggelaman lahan yang luas menyebabkan hilangnya ekosistem lokal, termasuk flora dan fauna yang sebelumnya hidup di kawasan itu. Selain itu, perubahan iklim mikro akibat keberadaan bendungan ini juga memengaruhi pola pertanian di daerah sekitar. Catatan sejarah Jatigede menjadi pengingat bahwa pembangunan besar seperti ini harus selalu memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.
Sejarah panjang Bendungan Jatigede adalah cerminan kompleksitas pembangunan infrastruktur di Indonesia. Di satu sisi, bendungan ini menjadi simbol kemajuan dan investasi untuk masa depan. Namun, di sisi lain, ia juga menyimpan cerita tentang pengorbanan masyarakat dan lingkungan. Belajar dari sejarah ini, pemerintah perlu lebih cermat dalam merancang dan melaksanakan proyek besar agar manfaatnya benar-benar dirasakan secara merata oleh semua pihak, tanpa mengorbankan keberlanjutan sosial dan ekologis.
Penulis : M Jimmi Alimin Mursyid
Tidak ada komentar
Posting Komentar