Mediakopid.com, Bandung – Di sebuah ruangan sederhana yang terletak di dekat masjid Kantor Balai Diklat Keagamaan Bandung, ribuan lembar arsip diam tak bersuara. Namun, di balik diamnya, mereka menyimpan ribuan cerita tentang perjalanan, perkembangan, dan masa depan yang lebih cerah jika waktu dan teknologi berpihak.
Sri Marni Francois, salah satu penjaga arsip ini, memulai tugasnya dua tahun lalu, yaitu ketika arsip centre resmi berdiri. Awalnya, ruangan arsip ini berada di sebelah kantor Tata Usaha (TU), namun seiring berjalannya waktu, ruangan itu beralih fungsi dan arsip-arsip itu dipindahkan ke lokasi yang baru. "75% dari semua arsip sudah terkumpul," ujar Sri dengan tatapan penuh harap, "namun, pendigitalisasian baru sekitar 15%."
Sebagai salah satu bentuk inovasi, website bernama "Sambada" menjadi wadah untuk mengarsipkan semua data secara digital. Namun, proses ini masih jauh dari kata selesai. Harapannya, setiap bidang bisa menyelesaikan pengumpulan arsip dan digitalisasinya lebih cepat. Tidak hanya itu, Sri bermimpi agar setiap bidang memiliki QR code yang bisa memudahkan akses ke arsip, seolah memindai masa lalu dalam hitungan detik.
Di sudut lain, Kusnadi, dengan wajah serius, berharap agar ruangan arsip yang kini sudah sesak oleh dokumen-dokumen itu bisa dipindahkan ke tempat yang lebih luas. "Ruangannya sudah penuh, dan kami butuh tempat yang lebih besar," ujarnya.
Di balik tantangan fisik dan digital yang dihadapi, arsip ini bukan sekadar tumpukan kertas saja, melainkan cermin dari upaya menjaga sejarah dan informasi yang bisa mendukung perkembangan lembaga di masa depan. Bagaimana cerita 75% ini akan berakhir? Itu masih menjadi misteri. Namun, satu yang pasti kisah ini akan terus berlanjut, hingga setiap lembar arsip mendapat tempat yang seharusnya.
Reporter : Lingga Al-Ghifari Hidayat
Tidak ada komentar
Posting Komentar